Mengingat Kembali Digital Wellbeing untuk Tangkal Adiksi Gadget
Smartphone kini semakin menjadi sesuatu yang lekat dengan aktivitas sehari-hari. Mulai dari mengambil foto, mendengarkan musik atau radio, menonton video, hingga bersosialisasi, semua bisa diakses dari sebuah perangkat yang sangat portable. Namun, di balik semua kemudahan tadi, ada adiksi yang membayangi pengguna. Yes, ketergantungan terhadap smartphone dan kehidupan virtual sudah jadi hal yang tidak dipisahkan, sejalan dengan kemudahan yang ditawarkan peranti smartphone.
Google melalui sistem operasi Android 9.0 ingin menangkap hal ini dengan meluncurkan fitur Digital Wellbeing, sebuah fitur yang dirancang untuk menyeimbangkan aktivitas pengguna di smartphone dan kehidupan sehari-hari.
Begitu juga Apple melalui sistem operasi iOS 12 meluncurkan fitur Screen Time untuk tujuan yang sama. Digital wellbeing dan Screen Time ini bekerja dengan cara menaruh pengukur durasi penggunaan aplikasi secara individu, kemudian sistem akan menghadirkan dashboard, notifikasi maupun kontrol supaya kita bisa mengembalikan fokus dan menyeimbangkan aktivitas penggunaan smartphone dan rutinitas harian.
Pada sistem android, anda dapat menemukannya pada menu Setting Digital Wellbeing & parental controls. Anda dapat melakukan kustomisasi terhadap smartphone seperti mengatur: App Timers, Do Not Disturb (DND), Bedtime Mode.
Kemudian pada sistem iOS Anda dapat menemukannya pada menu Settings Screen Time. Kita dapat melakukan kustomisasi terhadap smartphone seperti mengatur Screentime Dashboard, App Limits, Do Not Disturb, Down time, Night shift hingga Content Privacy Restrictions.
Kemudian di tingkat aplikasi seperti Youtube juga mengaktifkan tool pada menu Time Watched. Di situ Youtube menawarkan pengaturan kepada kita untuk mengingatkan beristirahat atau tidak (Remind me to take break) juga waktu beristirahat (Remind me when it’s bedtime).
Semua hal tersebut adalah alat bantu bernama digital wellbeing yang membantu kita melakukan manajemen waktu antara penggunaan ponsel dan aktivitas harian, dan akhirnya produktivitas kembali kepada kebiasaan dan kemauan kita untuk mengelola waktu, energi dan konsentrasi saat bekerja, berolahraga, beribadah dan sebagainya.
Comments
Post a Comment